DUKUNG PEMULIHAN PASCABENCANA, HUTAMA KARYA RAMPUNGKAN DUA JEMBATAN BAILEY DI ACEH TENGGARA

ACEH TAMIANG – Saat bencana memutus akses, yang terhenti bukan hanya jalan, tetapi juga aktivitas warga. PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya)mendukung pemulihan konektivitas melalui pemasangan Jembatan Bailey Mengkudu sepanjang 36 meter dan Jembatan Bailey Penanggalan sepanjang 48 meter pada Jalan Lintas Tengah ruas Kutacane – Blangkejeren di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh. Pekerjaan ini ditujukan untuk memulihkan mobilitas masyarakat serta menjaga kelancaran arus logistik dan bantuan selama masa pemulihan pascabencana.
 
Pemasangan dilakukan di dua lokasi. Jembatan Mengkudu berada di Desa Katimaju, Kecamatan Darul Hasanah, sedangkan Jembatan Penanggalan berada di Desa Lawe Penanggalan, Kecamatan Ketambe. Keduanya berada pada koridor Lintas Tengah yang
menjadi akses penting bagi aktivitas harian warga dan distribusi kebutuhan dasar. Jembatan Mengkudu mulai dapat dilintasi pada Selasa (23/12), dan Jembatan Penanggalan pada Minggu (28/12) kemarin, dengan durasi pekerjaan masing-masing 15 hari dan 6 hari. 

Secara teknis, Jembatan Mengkudu memiliki panjang 36 meter dengan lebar efektif 3,7 meter dan tinggi truss 2,4 meter. Jembatan ini memiliki kapasitas beban kendaraan maksimum 40 ton sehingga dapat dilalui kendaraan angkutan termasuk truk. Sementara itu, dengan bentang yang panjang, Jembatan Penanggalan memiliki panjang 48 meter dengan lebar efektif 3,7 meter dan tinggi truss 3,25 meter, mampu dilalui oleh kendaraa dengan kapasitas beban maksimum 40 ton sehingga mendukung kelancaran angkutan logistik. 

Jembatan Mengkudu dipasang di atas box culvert pada aliran air pegunungan menuju Sungai Alas. Sementara itu, Jembatan Penanggalan berada pada aliran air pegunungan menuju Sungai Alas. Sebelum jembatan berfungsi, akses sempat terputus dan masyarakat mengandalkan lintasan darurat, termasuk akses sementara di sisi box culvert di Mengkudu serta melintas di atas box culvert eksisting di Penanggalan. 

Pemulihan Akses Jalan

Pembuatan tanggul dan pengalihan aliran sungai dilakukan di sekitar Sungai Jembatan Natam untuk mengurangi risiko luapan yang kembali memutus akses. Pada titik ini, pengalihan aliran dilakukan ke bawah jembatan lama. Setelah itu, akses darat disiapkan dengan timbunan. Tujuannya menghubungkan jalan dari Kecamatan Badar menuju Kecamatan Darul Hasanah. Akses tersebut sempat terputus akibat jembatan rusak. 
 
Normalisasi sungai juga dikerjakan di Simpur Jaya guna memperlancar aliran dan mempercepat pembersihan material bawaan banjir. Di sisi konektivitas, Hutama Karya membuka jalan akses baru pada ruas Kutacane–Gayo Lues, serta melakukan pembersihan lumpur dan longsoran pada Jalan Akses Ketambe dan Jalan Naga Kesiangan. Pembukaan akses juga dilakukan pada sejumlah titik permukiman, antara lain Tangsaran, Tetumpun, Ise-ise, dan Rikit Gaib, agar mobilitas warga dan distribusi kebutuhan dasar dapat kembali berjalan.

Dalam pelaksanaan, pekerjaan meliputi perakitan modul Bailey, pembentukan oprit, pemasangan lantai jembatan, pengujian beban, serta pemasangan rambu. Hutama Karya mengerahkan crane 50 ton dan excavator, didukung 10 personel dengan pola kerja 12 jam untuk menjaga ketepatan waktu pekerjaan di lapangan. Arus lalu lintas selama pekerjaan diatur secara bergiliran tanpa pembatasan jam lintas, disertai pengamanan area kerja dan penempatan rambu untuk menjaga keselamatan pengguna jalan. 

Pada kesempatan terpisah, Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Mardiansyah, menyampaikan bahwa pemasangan Bailey ini menjadi bagian dari upaya pemulihan akses darat pascabencana di Aceh. “Kembali berfungsinya ruas Lintas Tengah di dua titik tersebut, mobilitas warga dan distribusi logistik diharapkan kembali lancar pada masa tanggap darurat hingga transisi pemulihan.” tutupnya.