HUTAMA KARYA GARAP BENDUNGAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL, DUKUNG KETAHANAN AIR DAN PANGAN

JAKARTA – Setelah sebelumnya merampungkan beberapa proyek bendungan diantaranya Bendungan Bintang Bano (Nusa Tenggara Barat), Bendungan Bendo (Jawa Timur) dan Bendungan Ladongi (Sulawesi Tenggara), Hutama Karya juga melakukan percepatan penyelesaian pembangunan bendung dan bendungan yang sedang digarap guna mendukung terciptanya ketahanan air dan pangan di berbagai wilayah di Indonesia.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air telah mengalokasikan dana sekitar 14,20 triliun di tahun 2023 untuk pembangunan bendungan dan danau. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Jarot Widyoko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama komisi V DPR pada Kamis (1/9) lalu.

“Target utama dengan adanya alokasi dana sebesar 14,20 triliun akan dipergunakan untuk lanjutan pembangunan 23 bendungan, 13 diantaranya telah selesai, sedangkan 10 bendungan lainnya masih akan lanjut ke tahun anggaran 2023,” ujar Jarot.

Melalui alokasi dana tersebut, Hutama Karya turut menjadi salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya yang membangun beberapa bendung dan bendungan dengan target penyelesaian pada tahun 2023-2025, antara lain Bendungan Bulango Ulu Paket I (Gorontalo), Bendungan Meninting Paket I (Nusa Tenggara Barat), Bendungan Ameroro Paket II (Sulawesi Tenggara), Bendungan Way Apu Paket II (Maluku), Bendungan Tiga Dihaji (Sumatra Selatan) & Bendung Batang Toru (Sumatra Utara).

Direktur Operasi I Hutama Karya Gunadi menyampaikan bahwa Hutama Karya berkomitmen untuk menyelesaikan pembangunan bendung dan bendungan yang ditargetkan rampung di tahun 2023-2025. “Akhir tahun ini Bendung Batang Toru akan kami rampungkan, dimana saat ini progres konstruksi telah mencapai 98,66%. Kami juga memantau progres pembangunan bendungan lainnya yang sedang digarap serta menyiapkan sejumlah strategi percepatan, salah satunya dengan menambah jumlah alat pekerjaan timbunan, double shift untuk pekerjaan pengecoran spillway dan berkoordinasi dengan masyarakat setempat untuk mempercepat pembebasan lahan agar rampung sesuai target dengan kualitas konstruksi yang baik’’ ujar Gunadi.

Lebih lanjut ia menyatakan bahwa pekerjaan konstruksi bendungan harus memiliki kualitas konstruksi yang baik karena kondisi geologi masing-masing pembangunan bendungan cukup berbeda. Diperlukan inventarisasi, pemantauan dan evaluasi serta kajian terhadap permasalahan yang terjadi dilapangan dan juga pendekatan secara sosial. Penerapan metode kerja dan teknologi Building Information Modelling (BIM), Bekisting spillway menggunakan Steel Formwork khusus dan penggunaan Hydroseding (sebagai penahan tanah) yang digunakan untuk turut mempercepat proses pembangunan sehingga hasil pembangunan dapat segera dimanfaatkan oleh masyarakat.

“Dengan banyaknya pengalaman pembangunan bendungan yang dimiliki oleh perusahaan serta penerapan digitalisasi konstruksi, kami optimis dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu,” tutup Gunadi, Direktur Operasi I Hutama Karya.

Hutama Karya berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur nasional. Khususnya dalam hal penguatan pangan nasional dan memberikan jawaban untuk tantangan akan adanya krisis air. Selain itu, dengan segera rampungnya bendungan garapan Hutama karya diharapkan dapat segera memberikan manfaat langsung kepada masyarakat untuk menyimpan cadangan air, mencegah banjir, mengairi lahan pertanian serta berpotensi untuk menjadi destinasi wisata baru dan meningkatkan aktivitas perekonomian daerah sekitar.

SEKILAS BENDUNGAN YANG SEDANG DIGARAP OLEH HUTAMA KARYA

Percepatan pembangunan bendungan garapan Hutama Karya terus digenjot agar selesai tepat waktu. Salah satu program utama pembangunan infrastruktur bidang Sumber Daya Air Kementerian PUPR pada tahun 2022 yaitu membangun 35 unit bendungan diantaranya bendungan yang dikerjakan oleh Hutama Karya.

Beberapa bendungan yang dikerjakan oleh Hutama Karya yang ditargetkan rampung di tahun 2023 - 2025 antara lain, Bendungan Ameroro Paket II di Sulawesi Tenggara telah mencapai progres pembangunan hingga 63,28% pada akhir Agustus. Bendungan yang dibangun sejak tahun 2020 dan akan rampung di tahun 2023 mendatang, memiliki kapasitas tampung 54,15 juta m3 dengan luas genangan 244,51 Ha yang berpotensi menambah layanan daerah irigasi seluas 3.363 Ha di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Bendungan lainnya yang juga masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yakni Bendungan Bulango Ulu Paket I yang sudah dibangun sejak tahun 2019 lalu, namun sempat terkendala dengan proses pembebasan lahan, saat ini progres masih mencapai 7,47%. Ditargetkan rampung pada tahun 2024, bendungan ini diharapkan mampu mereduksi banjir hingga 84,62%, memiliki luas genangan 614,72 Ha dan mampu memberikan manfaat irigasi bagi 4.194 Ha sawah. Bendungan ini juga akan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) sebesar 4,96 MW dan akan menyuplai air bersih 2,2 m3 per/detik untuk kabupaten Bone Bolango, Kota Gorontalo.

Selain itu terdapat juga Bendungan Way Apu Paket II di Maluku yang memiliki luas area genangan mencapai 235,10 Ha , dapat memberikan air irigasi seluas 10.000 Ha dan mampu mereduksi banjir sebesar 557 m3 per detik. Ditargetkan rampung pada 2024, dengan progres pembangunan hingga akhir Agustus lalu sudah mencapai 70,16 %, bendungan ini bisa menjadi pembangkit listrik sebesar 8 MW yang mampu menerangi kurang lebih 8.750 rumah.

Terdapat juga bendungan lainnya yakni, Bendungan Meninting Paket I di Nusa Tenggara Barat yang mulai dibangun sejak tahun 2019 dengan progres saat ini mencapai 29,01%. Bendungan yang ditargetkan dapat dinikmati masyarakat sekitar pada tahun 2024 nantinya akan mengairi daerah irigasi seluas 1.559,29 Ha, memenuhi kebutuhan air baku untuk Kabupaten Lombok Barat bagian Utara sebesar 150 liter/detik dan menyediakan energi listrik sebesar 2 x 0.4 MW.

Pada tahun 2025 Hutama Karya juga menargetkan penyelesaian Bendungan Tiga Dihaji sebagai bendungan pertama di Sumatra Selatan, dengan presentase progres pembangunan sampai dengan akhir agustus 2022 sebesar 19,82 % dan akan menambah kapasitas daerah irigasi untuk lahan pertanian seluas 18.219 Ha. Bendungan ini memiliki ketinggian puncak mercu bendungan setinggi 122 meter dan lebar 950 meter dan nantinya mampu melayani daerah irigasi sebesar 25 ribu Ha daerah irigasi baru dan menyediakan listrik sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 40 MegaWatt (MW).

Hutama Karya optimis bendungan-bendungan ini nantinya akan berdampak masif bagi masyarakat sekitar dan akan memberikan kontribusi bagi ekononomi nasional khususnya dalam memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.